Thursday, 24 July 2014

Camping Di Pulau Pari - Kepulauan Seribu


Rasanya baru kemarin aku, Tya, Ilham, Renly dan Oki menghabiskan hari libur lebaran di sebuah pulau di sekitaran Jakarta. Pulau Pari namanya. kami menghabiskan 2 hari 1 malam di sebuah tenda pinggir pantai yang masih dengan suasana lebaran! Rasanya camping di pinggir pantai setelah dulu pernah camping di Pulau Sempu Malang itu sangat menyenangkan! Dengan ditemani ribuan bintang beserta cahaya bulan yang menyaksikan kami di tempat itu.
Perjalanan di mulai dari daerah Pancoran, titik kumpul kami berlima saat itu. Kami menuju Pelabuhan Muara Angke di Jakarta Utara untuk berangkat menuju Pulau yang memiliki Pantai Pasir Perawan itu.
Pukul 06.30 kami siap berangkat menggunakan kapal kayu nelayan yang ternyata banyak dikunjungi oleh wisatawan yang notabene keluarga. Ya mungkin saja mereka seperti halnya kami yang ingin menghabiskan liburan disana icon smile Camping di Pulau Pari
Dengan membayar tiket kapal yang di tagihkan oleh kondekturnya sebesar Rp.40.000/tiket/sekali jalan, kami siap di berangkatkan menuju Pulau Pari. Angin laut, ombak yang kencang serta muka yang sedikit mabuk menemani perjalanan kami kesana. Sekitar 2-3 jam kami diatas kapal yang penuh sesak oleh para wisatawan lain yang juga penasaran akan keindahan Pulau Pari tersebut.
Kapal Menuju Pulau Pari
Beberapa jam berselang tibalah kami di Pelabuhan di Pulau Pari. Kami langsung tertuju kepada warung yang menjual makanan, karena kami semua lapar. Nasi mana nasi…?!
Makan dulu sebelum mencari lahan camping yang akan kami dirikan tenda adalah alternative sebelum kami membangun tenda disekitaran pantai. Beberapa menit jalan kaki ke arah Pantai Pasir Perawan yang katanya ada sesosok hantu perawan yang masih ada di sekitaran pantai tersebut. Percaya gak percaya tapi aku sengaja tidak mau mendengar hal-hal yang aneh yang bisa membuatku merasa tak nyaman berada disana.
Sesampainya di pintu Selamat datang di Pantai Pasir Perawan ternyata kami diminta untuk membayar tiket masuk per orangnya sebesar Rp.2.000/ orang dan izin mendirikan tenda sebesar Rp. 10.000/ tenda. Ya gapapalah pikirku, mungkin saja pengelolanya yaitu warga sekitar ingin lebih membangun Pulau yang di dalamnya ada sebuah kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu.
DSCN2549 900x675 Camping di Pulau Pari
Tenda Kami
Aku suka sekali suasanya pantai di Pasir Perawan ini. Air pantainya tenang tanpa ombak, butiran pasirnya yang lembut dan kecil-kecil berwarna putih tanpa karang, ada hamparan pohon mangrove yang mengelilingi pantai tersebut serta suasana hangat tenda kami yang penuh canda tawa. Tentang Oon, tentang…Yak, yang saya ga bisa sebutkan satu persatu disini x)).
Sambil menunggu matahari turun ke barat, kami sempatkan jalan-jalan ke Arah berlawanan Pulau pasir perawan. Disana kami menemukan kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau yang lebih dikenalnya dengan LIPI. Masyarakat Pulau Pari menyebut pantai disana dengan sebutan Pantai LIPI.
DSCN2563 900x675 Camping di Pulau Pari
Pantai LIPI
DSCN2573 900x675 Camping di Pulau Pari
Pulau Pari
Kurang lengkap rasanya jika ke Pantai tapi badan ini tak basah. Sore itu kami tak lupa berenang dan ketengah pantai. Berfoto ria, sambil menikmati suasana pulau yang saat itu sedang ramai dibanjiri pengunjung. Sampai tiba matahari di barat meninggalkan cahaya yang indah pada kami melalui sunset di tengah pulau tersebut.
DSCN2589 900x675 Camping di Pulau Pari
Pulau Pari
DSCN2616 900x675 Camping di Pulau Pari
Pulau Pari
Malampun tiba. Tak ada hujan tak ada petir kami menghabiskan malam di pinggir pantai. Sambil bercengkrama, masak di pinggir pantai menggunakan peralatan nesting dan kompor yang kami siapkan dari rumah. Sambil menikmati hidangan kopi dan teh hangat di bawah gubuk kayu di samping tenda kami yang posisinya tak jauh dari bibir pantai.
DSCN2650 900x675 Camping di Pulau Pari
Pulau Pari
Jika kalian ingin menghabiskan liburan di Pulau Pari dan menggunakan tenda, tidak perlu ragu. Karena disana ada toilet umum yang disediakan untuk pengunjung yang tidak menginap di homestay yang lengkap dengan fasilitas AC dan kamar mandinya. Cukup membayar uang sukarela toilet yang biasanya sebesar Rp.2.000/ per sekali masuk, pengunjung yang tidur di tenda juga bisa bolak-balik ke toilet umum disana. Ya, walaupun seadanya dan perlu antri dengan penghuni tenda yang lainnya. Hihihi.
Untuk harga makanan seporsi nasi dan lauk pauk atau dengan mie instan juga menurutku standart, tidak terlalu mahal dan tidak murahan juga. Bisa di bilang cukup pas dengan kondisi di pedagang yang harus berbelanja di Luar pulau tersebut.
Jam 11 siang di hari berikutnya, kami sudah bersiap dengan barang bawaan kami diatas perahu yang akan membawa kami pulang ke pelabuhan Muara Angke dari Pulau Pari. Sama seperti berangkat, kami menggunakan kapal kayu nelayan yang biasa juga membawa wisatawan kelas backpacker seperti kami ini menyebrang pulau-pulau cantik yang tidak jauh dari Wilayah Ibukota Jakarta icon smile Camping di Pulau Pari
DSCN2776 900x675 Camping di Pulau Pari
Mari pulang
Dan untuk yang mau menyewa homestay yang lengkap dengan fasilitasnya bisa juga booking dari jauh hari. Dengan harga sekitar 300 ribuan sudah bisa menyewa homestay yang nyaman seperti rumah sendiri. Bisa juga menghubungi travel operator disana langsung untuk paket wisata di Pulau Pari.
Selamat Liburan ! icon smile Camping di Pulau Pari

Tuesday, 22 July 2014

Iseng ke Trans Studio Makassar


Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi Kota Makassar lagi, yang seperti kita ketahui Makassar terletak di Pulau Sulawesi Selatan yang ber Ibukota Ujung Pandang. Pada kesempatan kali ini saya dan teman-teman berkunjung ke sebuah objek wisata yang sudah popular di Makassar yaitu Trans Studio Makassar. Trans Studio Makassar sendiri di bangun pada tahun 2009. Sebagai kota yang kemajuan perkembangannya maju pesat di kawasan Indonesia bagian tengah itu, maka di bangunlah kawasan wisata yang bernama Trans Studio Resort, Trans Studio Resort di bagi menjadi 2 Area, Area Trans Studio Mall yang di dalam nya terdapat Wahana Permainan yaitu Trans Studio theme park.
Trans Studio Makassar letaknya berada di Tanjung Bunga Kota Makassar ini sangat strategis. Kebetulan saya sendiri bermalam di dekat Kawasan Pantai Losari. Kami berangkat menggunakan mobil dari penginapan selama kurang lebih 15 menit saja. Kebetulan kami langsung mendapatkan parkir di depan pintu masuk mall. Di Area depan Lobby banyak para marketing staff Trans Studio Makassar yang sudah menawari kami untuk membeli tiket pada mereka. Tapi karena kami penasaran dengan harga tiket yang terdapat di loket dalam, akhirnya kami memutuskan terlebih dahulu melihat harga tiket di loket resmi nya tersebut. Ternyata harga nya berbeda cukup lumayan dengan yang di tawarkan oleh Staff marketingnya di area lobby.

Bagi kami selisih harga tersebut lumayan sehingga kami lebih tertarik membeli di staff marketing tersebut. Bedanya fasilitas di loket resmi dan di staff marketing tersebut adalah kami tidak mendapatkan kartu isi ulang yang dapat di gunakan belanja di dalam area permainan saja, karena menurut staff marketing nya tersebut sekarang disana sudah bisa menggunakan uang cash untuk pembayaran jika ada pembelian berupa makanan dan minuman maupun cinderamata yang di jual di area Trans Studio tersebut.
Adapun harga yang di tawarkan oleh staff marketing sebesar Rp. 125.000/orang sedangkan harga di loket resmi Trans Studio Theme Park sebesar Rp. 150.000 / orang plus Rp. 10.000 / orang untuk kartu studio pass yang berlaku untuk seumur hidup. Dimana kartu tersebut dapat digunakan semacam kartu isi ulang untuk keperluan pembelian makanan dan minuman serta cinderamata di dalam area theme park.

Di dalam Trans Studio tersebut terdapat beberapa kawasan nama permainan, diantaranya adalah Studio Central, Lost City, Cartoon City dan magic Corner. Pertama kali masuk di salah satu kawasan yang saya lupa namanya, saya dan rekan masuk ke dalam sebuah studio kepunyaan Yamaha dan disana terdapat beberapa produk sponsor yang ternyata di dalam nya ada sebuah studio untuk para pengunjung belajar menjadi Pembawa acara Sport 7 yang di tayangkan oleh televisi swasta Trans7. Dengan sistem peralatan syuting yang lengkap akupun dengan percaya diri ikut mencobanya :D. Dengan membayar sebesar Rp. 20.000 kita juga di berikan kepingan CD yang bisa kita bawa pulang dengan isi acara Sport 7 yang kita bawakan tadi.

Aku sendiri cukup puas dengan suasana disana. Tanpa harus berpanas-panasan di luar kita dapat menikmati wahana permainan di dalam studio yang dulu sempat menjadi Wahana Theme park studio terbesar di Asia Tenggara. Selain ada di Makassar sekarang Trans Studio juga ada di Kota Bandung, Jawa Barat. Dan aka kabar bahwa segera di bangun Trans Studio Theme Park di Kawasan Bekasi, Jawa Barat.
Selain wahana permainan, disana juga di pamerkan alat-alat bantu untuk belajar fisika bagi anak-anak sekolah dasar. Aku juga mencoba beberapa alat permainan fisika yang bisa di praktikan dengan di dampingi oleh penjaga area tersebut. Seperti Simulasi gempa, Tekanan yang keluar dari dalam tubuh kita sampai aliran listrik yang mengalir dari dalam tubuh kita.

Area tempat bermain ini buka setiap hari nya. Pada hari senin – Jumat, Trans Studio buka mulai pukul 10.00 wita sampai dengan 21.00 wita sedangkat pada hari sabtu, minggu dan hari libur lainya, Trans Studio buka pada pukul 10.00 wita sampai dengan 22.00 wita.
Jika kalian berkunjung ke Makassar dan ingin menghabiskan waktu dengan bermain sambil belajar bisa mengunjungi Theme park yang menyatu dalam Mall ini. Dan jangan lupa cari jadwal pertunjukan live show disana, ada banyak show theatre seru yang menceritakan kehidupan tradisional sehari-hari di Makassar yang tidak lupa di bumbui oleh cerita cinta anak manusia.

Yuk, Ke Makassar! icon smile Main yuk! ke Trans Studio Makassar :)