***
Kecelakaan saat melakukan perjalanan menuju senang-senang itu rasanya memang mengenaskan. Bermula cerita, saat saya dan beberapa kawan ikut “memeriahkan” acara open trip yang nangkring di postingan backpackerindonesia.com yang akan mengunjungi sebuah kawasan wisata yang sudah booming dari jaman monopoli Indonesia masih nge-hits. DIENG PLATEAU namanya. Siapa yang tak tahu Dieng? sebuah kawasan pariwisata Indonesia yang sejuk nan dingin tersebut. Tapi disini saya tidak akan menceritakan tentang Dieng, tapi saya akan menceritakan sebuah pengalaman yang kurang enak saat kami melakukan perjalanan dengan sebuah mobil elf sewaan yang di sewa oleh penyelenggara trip ini.
Berangkat molor yang tadinya di rencanakan pada pukul 19.00 wib, kami sebagai peserta yang telah menunggu agar tidak telat-pun agak sedikit kurang paham apa yang sebenarnya terjadi hingga kami mengharuskan menunggu lebih lama lagi.
Sebuah mini bus dan Elf yang kami tumpangi berangkat dari parkiran Gedung Sarinah, Jakarta Pusat dengan tidak di iringi doa bersama. Tapi, tak lupa aku berdoa dalam hati dengan memohon agar kiranya kami semua tiba dengan selamat sampai tujuan.
sebutir obat anti mabok telah ku telan malam itu. Aku yang duduk di kursi paling belakang bersama 2 kawan lainnya pun tertidup cukup pulas hingga akhirnya kami terbangun paksa karena ada sebuah kejadian yang mengerikan dini hari itu.
Yak, mobil elf yang kami tumpangi mengalami musibah yang membuat kaca depan mobil tersebut hancur tak tersisa, di tambah lagi pintu bagian kanan area supir pengok dan menimbulkan luka-luka bagi penumpang yang duduk di samping pengemudinya.
Kami mengalami kecelakaan!
Mungkin perasaanku malam itu cukup mewakili kekhawatiran kami ber-6 saat laju kendaraan yang kami tumpangi mulai sedikit goyah di permukaan jalan. Tapi apalah artinya perasaan kurang enak dengan bacaan doa dalam hati kala itu.
5 menit berselang setelah ku “benarkan” posisi tidurku di elf berwarna biru itu, alunan rem yang menyerang tubuh kami dan membawa tersentak dengan suara pecahan kaca yang menghantam bagian depan elf kami dengan truck bermuatan barang yang melaju kencang menuju arah Jakarta.
Cilacap, 16 Agustus 2014 – 04.30 wib
Rasanya hantaman tempat duduk depanku masih terasa di jidat hingga saat ini. Yak, jidatku terpentok dengan kursi penumpang yang tepat di depanku malam itu. Aku tersentak kaget dan bingung. Ternyata ini bukan mimpi, BUKAN! Kami mengalami kecelakaan di perjalanan menuju Dieng.
Aku dan 5 kawanku yang lainnya berucap syukur karena kami tidak mengalami luka yang berarti. Tapi, alangkah sedihnya hati ini melihat supir elf sewaan kami yang harus tertahan di kantor polisi sekitaran setempat untuk memberi kesaksian atas kejadian yang kurang mengenakan pagi dini hari itu 
Lalu apa rencana selanjutnya?
Penyelenggara trip kami langsung mencari solusi dengan cara mencari elf sewaan yang lainnya untuk membawa kami ke tempat tujuan. Sekitar 06.45 elf pengganti pun datang dan segera membawa kami untuk melanjutkan perjalanan ke Dieng. Masih harus melakukan perjalanan lagi sekitar 6 jam lagi dari tempat kami mengalami kecelakaan itu.
Over all liburan kami disana menyenangkan sebelum kami melakukan perjalanan pulang ke Jakarta dengan menggunakan elf kiriman pengganti dari pool terdekat di kota tersebut.
Bus dan Supir Pengganti di Perjalanan pulang kami..
Dalam hati mengira supir kali ini lebih berpengalaman dan berhati-hati juga bertanggung jawab. Namun kenyataannya supir tersebut membuat kami semua tidak bisa tidur, sekali lagi… GAK BISA TIDUR!!
Jalannya amburadul, nyetirnya ngasal…berasa jadi karung beras di banting-banting gak karuan malam itu. Padahal aku dan yang lainnya sudah menelan antimo berhasrat ingin tidur nyenyak sampai Jakarta, karena kebanyakan dari kami akan kerja keesokan harinya.
Apalah daya, di kasih tahu baik-baik gak berpengaruh juga sampai akhirnya teman sederet di elf, Nina.. turun langsung sewaktu kami istirahat di sebuah Pom pengisian bensin. KEMANA TOUR LEADER-NYA? TIDUR sepertinya.. dan saya pun sedikit paham setelah saya tiba di Jakarta dan menceritakan kepada beberapa teman atas kejadian yang menimpa saya dan teman-teman di perjalanan menuju Dieng tersebut. Apa komentar mereka? dengan selang waktu dan tempat yang berbeda mereka memberi komentar jika kami (mungkin termasuk saya yang hanya orang awam dan para petinggi di trip ini), jika supir kurang di perhatikan!!
NAH IYA!! saya baru sadar dan berpikir. Sebenarnya itu mungkin salah satu tugas Tour Leader nya untuk memperhatikan keadaan dan kondisi di lapangan. Masa sih ga ada alokasi dana untuk makan dan tip untuk supir???!! kalau memang itu benar, sungguh keterlaluan sih sebenarnya. Apalagi dalam trip ini kami disuruh patungan lagi untuk membayar mobil (tambahan) pengganti yang disewa oleh si penyelenggara dari tempat kecelakaan (Cilacap) ke Dieng (*Elf pengganti baru ada keesokan harinya sewaktu kami pulang ke Jakarta). Sebagai Backpacker Abal-abal aku merasa diCUDAHI.
Sebenarnya bukan masalah uang nya, tapi cara meg-arranged paket yang dijual oleh penyelenggara dan tidak memikirkan pelayanan yang di berikan kepada peserta di di trip ini. Mungkin harus belajar jadi Tour Planner lagi ya next time buat penyelenggara. Karena jujur saja, yang tadinya mau enak, trip sudah ada yang handle malah jadi begini. Mending ikut dari travel agent sekalian deh. Biayanya gak jauh beda, pelayanan dijamin OK.
Obrol punya obrol, teryata beberapa kawan peserta yang lainnya juga merasakan ketidaknyamanan di trip ini. Banyak waktu yang terbuang hanya untuk tunggu menunggu di tempat wisata maupun dengan Bus yang satunya lagi.
Pelajaran kali ini :
1. Perhatikan orang di sekitar kita, terutama supir dan assistant nya jika ada. Belikan Air Minum, Cemilan kalau perlu. Jika tidak mau repot, beri supir “mentah” nya saja.
2. Dalam beberapa jam sekali tanya kondisi perjalanan, apakah supir itu lelah dan butuh istirahat? jangan sampai kita sebagai peserta lupa kalau supir juga manusia yang butuh istirahat.
3. Jika bukan melakukan sharing cost kepada peserta luar, sekiranya punya anggaran dana lain-lain jika sewaktu-waktu di perlukan. Seperti pembelian P3K atau biaya darurat yang sekiranya tidak perlu dimintakan lagi ke peserta trip.
4. Jangan Egois! Jangan egoislah kalau mau berhenti dimana, mau makan apa, mau kemana dan ngapain, bisa lebih di “sebar” pertanyaannya ke peserta. Bukan ke Diri sendiri aja, mending kalau di bayarin, nah ini dengan biaya pribadi, BU BOS! 
5. Koordinasi. Nah, kalau kalian open trip dan bawa peserta yang lumayan banyak dan butuh beberapa kendaraan dan kendaraan tersebut terpisah-pisah, cobalah di koordinasikan armada yang satu dan yang lainnya. Jangan sampai gak kompak lewat jalur yang berbeda. Utara dan Selatan. Yang ada buang waktu untuk tunggu-tungguan deh!
Sekiranya itulah curahan hati saya dari trip kemarin, untuk keindahan alam – Indonesia- nya saya akan ceritakan di tulisan selanjutnya…
*Ciaobellaaaaaaaaaa…