Saturday, 28 June 2014

Rasa Kagum, Lelah dan Kehilangan Pada-Mu.. Sindoro.


Untuk kesekian kalinya aku mendaki gunung. Kali ini aku pergi ke Sebuah Gunung yang tak banyak orang tahu kalau bukan warga sekitar atau memang dia seorang pencinta alam pegunungan. Sindoro, nama gunung tersebut. Gunung yang indah dan bersahabat dengan para sahabat alam. 

Hari itu aku berangkat menuju Kota Wonosobo dari Bekasi. Hal kemacetan mungkin hal yang biasa aku temui sehari-hari di Jakarta ini, walaupun sebenarnya aku berdoa dalam hati agar aku tidak menemukan kemacetan menuju kota yang dingin itu. Laju bus yang menamai armadanya dengan Bus Sinar Jaya ini cukup bersahabat. Dengan Pelayanan tepat waktu saja aku sudah cukup senang.

Tiba di kota "Dingin" bernama Wonosobo pun tepat waktu. Aku melanjutkan perjalanan menggunakan bus ke arah Magelang dan turun di Pos Pendakian Gunung Sindoro di Desa Kledung.  Untuk mencapai Pos Pendakian Kledung kita membutuhkan waktu kurang lebih 45-60 menit saja dari terminal bus Wonosobo. Disana aku disambut oleh sapaan hangat para pendaki yang baru turun dari Gunung yang tingginya mencapai 3.153 meter di bawah permukaan laut itu. 

Dari Basecamp Gunung Sindoro, aku dapat melihat gagah nya Gunung Sumbing. Gunung Sindoro dan Sumbing disebut oleh warga sekitar sebagai Gunung Kembar, karena selain jaraknya yang berdekatan dan seakan bersebelahan, Gunung ini juga memiliki kisah legenda yang disebut mitos. Konon pemberian nama Sindoro dan Sumbing ini bermula hiduplah sebuah keluarga yang memiliki 2 anak yang sering kali bertengkar. Dua orang anak tersebut membuat amarah sang Ayah sehingga memberi sebuah pukulan kepada salah satu anaknya sehingga bibirnya terluka dan berbekas. Anak Lelaki tersebut dikisahkan disini oleh Gunung Sumbing. Entahlah, benar atau tidak yang pasti aku sangat menghargai sebuah legenda yang terkisah dari goresan cerita di Negara ini.

Setelah melakukan pendaftaran di Basecamp, akupun repacking. Memilih barang apa saja yang akan aku titipkan di basecamp, membeli air mineral dan tidak lupa aku dan kedua orang kawanku berdoa agar perjalanan kami kali ini diberi kelancaran hingga kami tiba di rumah kami kembali. 

Rasanya pagi itu indah sekali, cuaca sejuk, awan menggumpal bagai kapas dan langit membiru. Akupun melangkah memulai pendakian. Agak aneh sebenarnya untuk menggunakan jasa ojek di gunung. Tapi demi memangkas waktu, aku menggunakan jasa ojek sampai Pos 1. Jalanan menuju Pos 1 cukup datar. Aku dikelilingi ladang tembakau yang mempesona. Udaranya sejuk sekali, tak hentinya aku berucap syukur bisa berada di tempat sedamai ini. 

Dari Pos 1 Gunung Sindoro Via Jalur Kledung

Pendakian menuju Atap Gunung Sindoro menggunakan kaki pun aku mulai. Perlahan tapi pasti yang aku mau, tak usah terburu-buru asal tiba dengan selamat pikirku. Kurang lebih 4-5 jam kami tiba di Pos 3 dan berencana mendirikan tenda disana. Dari Pos 3 aku bisa melihat Gunung Sumbing yang sangat gagah memandangi kami di Sindoro. Cuaca sore itu berawan, sesekali Sang Sumbing menutupi penampakannya dari Pandanganku dari Pos 3. Matahari perlahan tenggelam dan meninggalkan kami untuk berisitirahat di bawah tenda berisikan 3 orang tersebut.

Malam menjelang. Matahari benar-benar meninggalkanku. Aku bersama yang lain masih sibuk memasak untuk makan malam kami di dalam tenda. Akan tetapi kami di kagetkan oleh suara seekor babi hutan yang sedang sibuk mencari makanan di sekitaran tenda kami. Kami tersontak terdiam karena sedikit terkejut dan bingung harus berbuat apa sampai babi hutan tersebut hilang dengan sendirinya.

Alarm yang terpasang pada pukul 3 dini hari itu berbunyi seolah membangunkan kami. Aku tersentak bangun dan membangunkan yang lain. Persiapan Summit pun dimulai. Aku sudah memisahkan apa saja yang harus masuk ke dalam salah satu daypack yang akan kami bawa summit dan barang yang lain kami tinggal di camp ground Pos 3. Bawaan seperti Air, makanan ringan, jas hujan sampai camera wajib di masukan ke dalam daypack ketika summit.

Persiapan summit hampir kelar. Aku memandang bintang di langit yang malam itu cerah sekali, seakan bahagia. Ya, aku bahagia melihat ribuan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memandangku seakan memberikan senyuman manisnya.

Perlahan kaki ini melangkah. Mata ini pun tak lelah melihat pandangan ke arah lampu headlamp yang sengaja aku kalungkan di leherku ini. Sedangkan Kaki ini terus berirama melangkah sampai aku terasa lelah dan meminta berhenti untuk beristirahat sebentar. Banyak Spot bagus untuk mengambil gambar di sepanjang Pos 3 sampai dengan Puncak Sindoro. Aku sempat berhenti di sebuah batu besar di Pos 4 untuk menikmati sebuah Lukisan Karya-Nya yang indah sekali. Aku terkagum pada sebuah pemandangan yang indah di sebuah sudut pandang mataku. Tak hentinya aku berucap syukur dalam hati sambil berdoa agar aku dan yang lainnya di berikan pemandangan puncak yang cerah hari itu.

Dari Pos 4 Gunug Sindoro, terlihat Gunung Sumbing di seberang.

Kurang lebih 2 jam dari Pos 4 aku tiba di Puncak Sindoro dengan ketinggian 3.153 Meter di bawah permukaan laut. Langit biru dengan hamparan awan berbentuk kapas di lengkapi oleh gagahnya Sang Sumbing di sebrang sana yang tak hentinya mencuri perhatian kami semua yang berada di puncak siang itu. Terima kasih Tuhan, ada yang membawaku berada disini dan melihat studio foto Milik-Mu yang luar biasa cantiknya.

Gumpalan awan dari Puncak Sindoro

Karena Indonesia bukan hanya BALI
Rasa Kagum pada-Mu sungguh tak tergantikan. Rasa lelah sudah pasti aku dapatkan. Dan Rasa Kehilangan akan kerinduan pada-Mu Sindoro, mungkin aku dapati setiap harinya entah sampai kapan....

Kapan lagi Kita Kemana ??...

#TravelNBlog

Tuesday, 24 June 2014

Parkir Aman. Yuk, Ke Jakarta Fair!


Memasuki bulan Juni ini Jakarta akan menyelenggarakan event besar. Event besar tersebut diadakan setiap tahunnya di Kawasan JIE EXPO Kemayoran. Event akbar tersebut adalah Pekan Raya Jakarta.

Pekan Raya Jakarta yang biasa orang sebut dengan PRJ atau Jakarta Fair adalah sebuah Pameran yang diadakan untuk memeriahi perhelatan ulang tahun Ibukota Jakarta. Sejak berdirinya PRJ pada tahun 1968 di Kawasan Gambir Expo, PRJ seakan menjadi daya tarik sendiri untuk para pemburu diskon alat elektronik maupun produk lainnya. Saya sendiri entah sudah berapa kali datang selama hampir 26 tahun tinggal di Jakarta. Biasanya saya tidak datang setiap tahun, mungkin bisa di bilang jarang sebagai penduduk lokal di Jakarta.

Bagaimana akses ke Jakarta Fair? Sejak tahun 1992 Pekan Raya Jakarta pindah lokasi ke kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Dengan lokasi yang lebih luas lagi, kini Jakarta Fair Kemayoran lebih menyedot perhatian orang. Tak perlu khawatir bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan kesana, karena Panitia penyelenggara menyediakan Shuttle Bus gratis bagi pengunjung. Ada beberapa titik untuk Shuttle Bus gratis ini, diantaranya dari parkir IRTI Monas, Mangga Dua Square, Rusunawa Kemayoran, Stasiun Kereta Api Kemayoran dan Hotel Holiday Inn Sunter. Jadi pengunjung yang sulit ke lokasi dapat langsung mendatangi titik shuttle bus yang berada di Pusat Kota.

Berapa harga tiket masuknya? Ya, banyak yang bertanya-tanya apakah masuk ke pameran terbesar di Jakarta ini berbayar? Tentu Iya. Harga tiketnya berbeda sesuai hari kedatangan kita. Pengunjung dipungut biaya sebesar Rp. 20.000, selasa - kamis sebesar Rp. 25.000, Jumat sampai dengan minggu termasuk juga hari libur nasional dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000 dan bagi lansia yang berumur <65 tahun gratis. Sementara itu, untuk biaya parkir kendaraan seperti mobil dikenakan biaya sebesar Rp. 20.000/ mobil dan Rp. 10.000/motor untuk setiap harinya. Tenang, bagi pengunjung yang bertanya-tanya apakah aman parkir mobil di kawasan Jakarta Fair ini, jawabannya adalah aman.

Stand apa saja yang ikut berpartisipasi di Jakarta Fair 2014? Jawabannya adalah banyak dan beragam. Pengunjung juga di hibur oleh para artis Ibukota yang sengaja di undang oleh Panitia penyelenggara. Jadwal lengkapnya mulai dari artis yang akan hadir disana, brand apa saja yang ikut  berpartisipasi serta penawaran menarik lainnya bisa dilihat di http://www.jakartafair.co.id/ .

Jakarta Fair 2014

Selamat Ulang Tahun Jakarta, semoga menjadi kota yang lebih baik dari yang sebelumnya! Mari kita meriahkan Jakarta Fair 2014. Ajak seluruh keluarga. Bawa beserta keceriaannya! 
"Dengan Majunya Jakarta Fair Kemayoran, Maju pula Indonesiaku!"


Wednesday, 18 June 2014

Jalan ke Puncak bareng gengski (Mampir ke Cimory, Rindu Alam)


Aura kebahagiaan itu muncul saat pesan Blackberry Massenger dari Dian muncul kala itu. "Mif, kumpul yuk! hari minggu ini ke Cimory sama anak-anak. Udah lama kita ga ketemu kan? aku juga kangen nih sama si kembar". Alasan lain dari Dian, " Aku ngidam sop buntutnya Cimory nih mif"..

Akupun langsung menjawab "Oke di! Minggu gue gak kemana-mana kok, asal jangan sabtu yah, gue gak bisa"
Ok, akupun mendengar kabar dari Dian bahwa Nina dan Reza bersedia ikut juga. Aku segera menghubungi Echa untuk mengajaknya ikut juga, tapi Echa belum memastikan bisa ikut atau enggak. Dia berjanji akan memberi kabar hari sabtu nya.

Hari sabtupun tiba, kami berkumpul di conference chat untuk membicarakan keberangkatan besok. Diputuskan Reza yang akan menjemput Yola dan si kembar, Dian yang menjemput aku dan Nina ternyata sudah di Puncak sejak hari sabtu karena ada acara keluarganya disana. Imel gimana imel? Echa juga gimana Echa?  Imel & Echa kompak gak ada kabar, yaudalah aku marah sajalah sama mereka. Eh, gak deng....

Sabtu malam aku meninggalkan pesan melalui BBM ke Dian. "Di, kalau jam 5 subuh gue belum ngoceh di bbm, tolong lo telponin gue ya, soalnya nyokap gak ada, gue takut bablas tidur". Tapi, jam 5 subuh aku bangun ternyata Dian belum membaca pesanku juga -___-

lanjut di hari Minggu, 15 Juni 2014

Pukul  7 teng, saat itu Dian bilang akan berangkat dari rumahnya di daerah Tanjung barat. yak, tentu bersama suami tercintanya. Eciyeee..

Gak lama setelah Dian memberi kabar, sekitar 30 menit Dian dan Bang Ferry pun tiba di Cibubur dan kamipun segera berangkat menuju Puncak. Horeeee!

Perjalananpun di mulai. Bang Ferry memasuki pintu toll Cibubur ke Arah Bogor menuju Ciawi. Jalan Toll pagi itu cenderung sepi lancar. Hanya saja setelah kami keluar pintu toll Ciawi menuju puncak, antrian kendaraan yang mempunyai tujuan yang sama dengan kami, sudah mengantri dari jarak pandang kejauhan. Setelah bertanya ke pedagang sekitar, konon katanya pintu arah puncak di tutup. Oalah, cape deh.

Setelah beberapa menit ikut di dalam parkiran bebas di jalan toll, kamipun memutuskan untuk melewati jalan alternatif. Jalan alternatif sepanjang jalan raya Sukabumi- Ciawi yang katanya bisa tembus sampai di arah Gadog- Puncak. Tapi ternyata disana mobil kami gak bisa bergerak jalan kurang lebih sekitar 1 jam. Akhirnya, sambil menunggu bosan di situasi kemacetan Jakarta sampai Puncak, kami turun untuk membeli cemilan yang bisa kami makan di dalam mobil. lanjut ke curhat gak jelas sampai gosipin masa lalu kami bertiga. Hihihihi.

Liat deh kelakuannya Dian & Bang Ferry, gak berperikejombloan banget ya?! :'(

Pacar mana pacar....? :|

Waktu sudah menunjukan pukul 09.30 di jam tanganku. Dipastikan pintu menuju Puncak telah di buka oleh Pak Polisi. Kami kegirangan dan segera menuju Cimory. Yipiyyyyee :D

Sesampainya disana, Resto nya masih sepi. Hanya ada beberapa tamu yang berkunjung *ealah masih pagi. Ciyeee kesini lagi ciyeee.. ini kali ke dua aku main kesini. Kunjungan pertamaku sekitar 3 tahunan yang lalu. Numpang ngadem minum Jahe panas dan nyemil hot dog! Hahaha..perpaduan makanan dan minuman yang tak lazim! Jangan...jangan tanya sama siapa... :|

Akhirnya kami putuskan untuk memesan cemilan dahulu sebelum yang lainnya datang, setelah memesan bangku sebanyak 10 kursi untuk teman-teman yang katanya sudah ada di Puncak Pass resort dan akan menuju ke Cimory, kami mendapat kabar kalau jalan menuju bawah ( Cimory ) dari tempat mereka berhenti di TUTUP. Patah hatiku. Huhuhu.


Kabut :(


Narsis!


Akhirnya setelah berdiskusi bolak balik via telepon dengan Reza dan Nina, Aku dan Dian beserta bang Ferry akhirnya memutuskan untuk menuju keatas  menyusul mereka. Karena kami pikir jalan menuju atas lebih bersahabat daripada jalan menuju bawah. Tapi, tak disangka-sangka ternyata kami kena macet juga. Hadehhh, macet lagi lagi dan lagi. Bikin gak mood. Ditambah siang itu Puncak berkabut dan di hiasi rintik hujan yang jatuh ke bumi. Jarak pandang diantara kabut pun menipis, ditambah lagi perut kami lapar karena kami baru sempat memesan cemilan di Cimory tadi -,-

Ok, berhubung cacing di perut sudah kelaparan minta makan, kami berhenti di Resto Rindu Alam. Namanya aja sih yang restoran tapi isi nya menurutku gak jauh beda sama warteg deket kantor. Ya karena aku ikut 2 Ajudan (ini geli nyebutnya) , jadi ya ikut sajalah makan di manapun. Huahahahaha...
Sambil bingung mau makan apa yang ada di menu, akhirnya pilihan jatuh kepada paket nasi timbel komplit ala-ala resto gagal. Isinya nasi di bungkus daun pisang, tempe, tahu, ayam goreng, sayur asem, ikan asin, sambel dan lalapan. Iya, anggep aja masakan sunda ya…. Kalau rasa makanannya sendiri aku kurang cocok, sayur asem rasa manis, ayam goreng hambar dan sambel tidak pedas. Tapi berhubung kami bertiga kelaparan ditambah pegel duduk di dalam mobil, yaudah nunggu Reza dll di sana sambil memandang jalanan menuju bawah yang terlihat belum bergerak juga. Hufft.

Penampakan makanannya di Rindu Alam
Inisiatif kami setelah makan sepertinya berjalan. Aku, Dian dan Bang Ferry berniat menunggu mereka datang sambil makan jagung bakar di luar Rindu alam. Tapi, bukannya berhenti di warung terdekat, kami malah jalan menyusuri kemacetan ke arah atas. Untuk apa? mencari mobil Reza yang kami yakini ada tidak jauh dari Resto Rindu Alam. Kurang lebih 15 menit dengan cuaca kabut tebal dan gerimis kecil kami jalan pelan-pelan, mencari mobil berwarna putih bermerk Mazda2. Dengan pedenya kami terus berjalan ke arah atas. Putih, putih, putih....

"Mana ya? gak ada juga, Mif?" Dian terlihat pesimis.
"Coba agak keatas lagi di, siapa tau aja ada..." Aku jawab.

Tapi sepertinya Bang Ferry berhenti di sebuah warung jagung bakar untuk berteduh karena gerimis yang agak mulai turun lebih banyak dari sebelumnya. Diikuti olehku dan Dian. Dian memesan jagung bakar dan aku duduk-duduk santai menikmati pemandangan dan udara segar di Puncak kala itu.

Tidak beberapa lama, munculah inisiatif Bang Ferry untuk mencari lagi ke arah atas. Aku dan Dian masih tetap menunggu di warung tersebut. Beberapa menit di tinggal Bang Ferry yang berjalan lebih atas lagi, ada suara teriakan yang memanggil aku dan Dian. Kamipun menengok ke arah suara yang memanggil dari kejauhan. Oh, ternyata Bang Ferry memanggil kami yang sedang asik termenung *halah. Tersontak kami beranjak dari warung tersebut dan berjalan ke arah atas untuk menghampiri Bang Ferry, ternyata Bang Ferry menemukan mobil putih yang kami cari-cari daritadi. Tapiiii, kami semua tertipu, bukan mobilnya Reza dongggg Hahahahaha. Kamipun kecewa -___-

Jalan menggunakan kaki menuju ke atas terus berlanjut. Nanggung banget kalau kita berhenti sampai disitu. Karena Reza dkk ada di depan Resto Puncak resort. Nah, itukan gak jauh dari Rindu Alam. Bang Ferry terus berjalan, di susul Dian dan Aku di belakang. Kemudian tiba-tiba ada yang memanggil kami dari arah kiri tubuh kami sambil membuka jendela mobil. 

"Heiiii...heiiiii..." *sambil nunjuk-nunjuk ke arah kami*
"WHOAAAAA, Ketemu disini!!! kirain pakai mobil yang putih." teriakku.

Ternyata Reza pakai mobil hitam Fortunernya. Ya jelas gak akan nemu sampai Cibodas juga -___________-"
Beruntungnya Reza dll melihat Aku dan Dian yang galau mau ketemu si kembar dan langsung memanggil kami dari dalam mobil. hihihihi. Senyuman si kembar pun menyambut kami yang sudah hampir kunyup di terjang air hujan yang membasahi Puncak Pass kala itu.

"Hai, Auntie.." Si kembar seolah-olah menyapa kami sambil di gendong oleh Eka, kebetulan Eka dan Diaz ikut juga bersama Reza dan Yola. Akupun langsung ingin menggendongnya. Tapi aku dan Dian sadar diri karena badan kami agak basah karena hujan jadi kami tunda sampai badan ini kering. Soalnya kasihan kalau si kembar kedinginan karena kami. 

Terjadi hal lucu di sini. Lagi-lagi Dian bikin kami ngakak. Mungkin Dian terakhir ketemu Diaz dan Eka waktu kami menghadiri pernikahan Reza di Bali tahun 2012 lalu. Dian agak lupa muka Diaz yang duduk di belakang. Diaz pun menjulurkan tangannya, yak, tak disangka-sangka Dianpun langsung mencium tangan Diaz tanpa dosa. Serentak Yola yang duduk di samping Dian teriak. " Kok cium tangan Diaz sih Di?" Kamipun sadar dan tertawa cekikikan. Yang lebih lucu nya lagi, Dian bertanya kenapa gue cium tangan ya?" tapi malah terus di lanjutin nyium tangannya Diaz. Hahahahaa. Temen gue lucu banget sih :))

Kalau udah ada kejadian konyol kayak tadi, pasti merembet ke hal konyol lainnya pas sekolah dulu. Dari ngomongin Tika yang sama konyolnya kaya Dian, jadi ceritanya dulu Tika pernah gak sengaja salaman sama supir angkot pas turun bayar ke supirnya, Tika malah salim sama Abang supirnya. Kata Tika, dia lupa gak salim sama Papah nya di rumah. Malah salim sama Supir angkot. Huahahaha. Ya jelas aja di ketawain 1 kelaslah :))

Udah gitu, ada lagi cerita onengnya Elvina yang ke sekolah pake baju seragam SMA Ber-Bet SD punya Adek nya :)))) (benergasihtulisannya?)  Jadi setiap orang yang dateng di kelas dia tanyain. "Lo bawa bet ga?" Pas ditanya buat apaan, dia jawab melas sambil membuka tutupan kantong sebelah kirinya pakai buku. "Ssssssssssstt, gue salah pake baju, baju SD punya Adek gue ini.." dan uda ketebak dong yang terjadi apa. YAAAA DIKETAWAINLAH SAMA SATU KELAS! HUAHAHAHAHAHA =))))

Ok, kekonyolan kelas UJP emang banyak. Tapi gak akan gue ceritain disini. Panjang bok! x))

Lanjut cerita kami diatas, setelah menemukan mobil Reza yang isinya ada Yola, Ocha, Diaz, Eka, dan Si kembar, ternyata juga ada anjing kesayangannya Eka. Nama nya Mimi. Anjing pudel super lucuk ini di bawa sama Eka ke Puncak. Ajaibnya Mimi selain cantik, dia juga pinter dan penurut loh :')) 

Akhirnya setelah ketemu mereka, aku menumpang di mobil Reza untuk melanjutkan perjalanan ke Cimory (lagi) :)) sedangkan Dian dan Bang Ferry ikut mobil Nina dan Rian yang juga parkir tidak jauh dari antrian kami untuk mengambil mobil mereka di sudut parkir Rindu Alam.

Sepanjang perjalanan aku menggendong Ade alias Clara alias si kembar :'). Sambil selimutan berdua si kembar yang pipi nya minta banget di gigit ini... :|dia gak nangis dong, malah bobo di pangkuan aku . Hahahaha.

1 jam lebih perjalanan kami dari atas ke bawah, melalui antrian yang panjang malam itu, kami tiba di Cimory lagi. Rombongan Reza memutuskan tidak ikut dinner karena Diaz kurang enak badan, ditambah si kembar yang takutnya kecapean karena di ajak jalan dari tadi subuh. Sedangkan Nina dan suami sudah pamit pulang ke Jakarta duluan. Sedih gak ketemu Nina :'(

Sebelum Reza, Yola dan yang lain pulang ke Jakarta, kami tidak lupa mengambil gambar dong yaaah...biar ada bukti kalau kami ketemu!! hahahaha.
Dian, Bang Ferry, Mifta, Yola, Reza dan Si kembar Calla & Clara
 
Bang Ferry, Dian, Mifta, Eka, Reza, Yola, Ocha dan si kembar plus Mimi :")



Aku, Dian dan Bang Ferry akhirnya memutuskan makan malam di Cimory dan order sop buntut bakar dengan waiter nya yang sudah bosan mungkin dengan kami. 

Pengen foto-foto tapi gak bisa karena baterai HP kami semua habis. Hahaha. Power bank? habis jugaaaak. huhuhu.. Tapi yang pasti makanan di Resto Cimory belum pernah ada yang mengecewakanlah.. semua di masak oleh Chef, gak kaya di Resto sebelah di buat oleh juru masak :P 

Dari Mantau, wedang ronde, sop buntut bakar, bistik sapi beserta minuman-minumannya yang kami pesan semua menggoyang lidah. Ditambah kami membeli sosis khas cimory bercita rasa blackpapper yang di goreng di rumah. Enak jugaaak!! gak ada kata yang gak enaklah menurut gue. Yang ada cuma enak dan enak banget X)).

Bang ferry menawarkan dessert berupa coklat yang sebelum makan aku lirik-lirik tadi, tapi apa daya aku sudah kekenyangan makan makanan beratnya nasi plus sop buntut bakar tadi. Next time aja ya bang, gak nolak deh  x))

Setelah membeli oleh-oleh di Cimory juga, kamipun bersiap pulang ke Jakarta. Ternyata masih penuh antrian sebelum masuk toll menuju Jakarta. Di jalan lagi-lagi kami bertiga ngobrol ngalur ngidul, cerita-cerita lucu dan menggelikan sampai nyanyi-nyanyi gak jelas.

Setelah kurang lebih 1,5 jam di jalan, akhirnya kami sampai di rumahku. Terima kasih Dian dan Bang Ferry untuk keceriaan hari itu. Kapan-kapan lagi yaaa *ngarep. Gakpapalah jadi laler lagi diantara kalian sementara waktu. Mudah-mudahan nanti kita bisa double date ya!! *Aamiin yang kenceng* dan Anggap aja kalian sedang menghibur diriku yang lagi dilanda duka (lagi) Muahahaha..

Sekian cerita perjalanan ini, terima kasih para sahabat yang mau membaca ^_^