Saturday, 28 June 2014

Rasa Kagum, Lelah dan Kehilangan Pada-Mu.. Sindoro.


Untuk kesekian kalinya aku mendaki gunung. Kali ini aku pergi ke Sebuah Gunung yang tak banyak orang tahu kalau bukan warga sekitar atau memang dia seorang pencinta alam pegunungan. Sindoro, nama gunung tersebut. Gunung yang indah dan bersahabat dengan para sahabat alam. 

Hari itu aku berangkat menuju Kota Wonosobo dari Bekasi. Hal kemacetan mungkin hal yang biasa aku temui sehari-hari di Jakarta ini, walaupun sebenarnya aku berdoa dalam hati agar aku tidak menemukan kemacetan menuju kota yang dingin itu. Laju bus yang menamai armadanya dengan Bus Sinar Jaya ini cukup bersahabat. Dengan Pelayanan tepat waktu saja aku sudah cukup senang.

Tiba di kota "Dingin" bernama Wonosobo pun tepat waktu. Aku melanjutkan perjalanan menggunakan bus ke arah Magelang dan turun di Pos Pendakian Gunung Sindoro di Desa Kledung.  Untuk mencapai Pos Pendakian Kledung kita membutuhkan waktu kurang lebih 45-60 menit saja dari terminal bus Wonosobo. Disana aku disambut oleh sapaan hangat para pendaki yang baru turun dari Gunung yang tingginya mencapai 3.153 meter di bawah permukaan laut itu. 

Dari Basecamp Gunung Sindoro, aku dapat melihat gagah nya Gunung Sumbing. Gunung Sindoro dan Sumbing disebut oleh warga sekitar sebagai Gunung Kembar, karena selain jaraknya yang berdekatan dan seakan bersebelahan, Gunung ini juga memiliki kisah legenda yang disebut mitos. Konon pemberian nama Sindoro dan Sumbing ini bermula hiduplah sebuah keluarga yang memiliki 2 anak yang sering kali bertengkar. Dua orang anak tersebut membuat amarah sang Ayah sehingga memberi sebuah pukulan kepada salah satu anaknya sehingga bibirnya terluka dan berbekas. Anak Lelaki tersebut dikisahkan disini oleh Gunung Sumbing. Entahlah, benar atau tidak yang pasti aku sangat menghargai sebuah legenda yang terkisah dari goresan cerita di Negara ini.

Setelah melakukan pendaftaran di Basecamp, akupun repacking. Memilih barang apa saja yang akan aku titipkan di basecamp, membeli air mineral dan tidak lupa aku dan kedua orang kawanku berdoa agar perjalanan kami kali ini diberi kelancaran hingga kami tiba di rumah kami kembali. 

Rasanya pagi itu indah sekali, cuaca sejuk, awan menggumpal bagai kapas dan langit membiru. Akupun melangkah memulai pendakian. Agak aneh sebenarnya untuk menggunakan jasa ojek di gunung. Tapi demi memangkas waktu, aku menggunakan jasa ojek sampai Pos 1. Jalanan menuju Pos 1 cukup datar. Aku dikelilingi ladang tembakau yang mempesona. Udaranya sejuk sekali, tak hentinya aku berucap syukur bisa berada di tempat sedamai ini. 

Dari Pos 1 Gunung Sindoro Via Jalur Kledung

Pendakian menuju Atap Gunung Sindoro menggunakan kaki pun aku mulai. Perlahan tapi pasti yang aku mau, tak usah terburu-buru asal tiba dengan selamat pikirku. Kurang lebih 4-5 jam kami tiba di Pos 3 dan berencana mendirikan tenda disana. Dari Pos 3 aku bisa melihat Gunung Sumbing yang sangat gagah memandangi kami di Sindoro. Cuaca sore itu berawan, sesekali Sang Sumbing menutupi penampakannya dari Pandanganku dari Pos 3. Matahari perlahan tenggelam dan meninggalkan kami untuk berisitirahat di bawah tenda berisikan 3 orang tersebut.

Malam menjelang. Matahari benar-benar meninggalkanku. Aku bersama yang lain masih sibuk memasak untuk makan malam kami di dalam tenda. Akan tetapi kami di kagetkan oleh suara seekor babi hutan yang sedang sibuk mencari makanan di sekitaran tenda kami. Kami tersontak terdiam karena sedikit terkejut dan bingung harus berbuat apa sampai babi hutan tersebut hilang dengan sendirinya.

Alarm yang terpasang pada pukul 3 dini hari itu berbunyi seolah membangunkan kami. Aku tersentak bangun dan membangunkan yang lain. Persiapan Summit pun dimulai. Aku sudah memisahkan apa saja yang harus masuk ke dalam salah satu daypack yang akan kami bawa summit dan barang yang lain kami tinggal di camp ground Pos 3. Bawaan seperti Air, makanan ringan, jas hujan sampai camera wajib di masukan ke dalam daypack ketika summit.

Persiapan summit hampir kelar. Aku memandang bintang di langit yang malam itu cerah sekali, seakan bahagia. Ya, aku bahagia melihat ribuan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memandangku seakan memberikan senyuman manisnya.

Perlahan kaki ini melangkah. Mata ini pun tak lelah melihat pandangan ke arah lampu headlamp yang sengaja aku kalungkan di leherku ini. Sedangkan Kaki ini terus berirama melangkah sampai aku terasa lelah dan meminta berhenti untuk beristirahat sebentar. Banyak Spot bagus untuk mengambil gambar di sepanjang Pos 3 sampai dengan Puncak Sindoro. Aku sempat berhenti di sebuah batu besar di Pos 4 untuk menikmati sebuah Lukisan Karya-Nya yang indah sekali. Aku terkagum pada sebuah pemandangan yang indah di sebuah sudut pandang mataku. Tak hentinya aku berucap syukur dalam hati sambil berdoa agar aku dan yang lainnya di berikan pemandangan puncak yang cerah hari itu.

Dari Pos 4 Gunug Sindoro, terlihat Gunung Sumbing di seberang.

Kurang lebih 2 jam dari Pos 4 aku tiba di Puncak Sindoro dengan ketinggian 3.153 Meter di bawah permukaan laut. Langit biru dengan hamparan awan berbentuk kapas di lengkapi oleh gagahnya Sang Sumbing di sebrang sana yang tak hentinya mencuri perhatian kami semua yang berada di puncak siang itu. Terima kasih Tuhan, ada yang membawaku berada disini dan melihat studio foto Milik-Mu yang luar biasa cantiknya.

Gumpalan awan dari Puncak Sindoro

Karena Indonesia bukan hanya BALI
Rasa Kagum pada-Mu sungguh tak tergantikan. Rasa lelah sudah pasti aku dapatkan. Dan Rasa Kehilangan akan kerinduan pada-Mu Sindoro, mungkin aku dapati setiap harinya entah sampai kapan....

Kapan lagi Kita Kemana ??...

#TravelNBlog